Mutiara Hikmah Dari Kisah Penciptaan Nabi Adam

Suatu ketika Allah ﷻ mengumpulkan para malaikat seraya berkata “sesungguhnya Aku akan menciptakan makhluk yang kelak akan menjadi khalifah dipermukaan bumi”. Mendengar hal tersebut para malaikat spontan mengatakan kepada Allah ﷻ “Mengapa Engkau hendak menjadikan di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah?”, apakah hikmah yang terkandung dalam penciptaan mereka, padahal di antara mereka ada orang-orang yang suka membuat kerusakan di muka bumi dan mengalirkan darah? Jikalau yang dimaksudkan agar Engkau disembah, “padahal kami selalu bertasbih memuji dan menyucikan Engkau,” mendengar ungkapan malaikat tersebut Allah ﷻ kemudain mengatakan dengan kebesarannya, “Sesungguhnya Aku maha mengetahui apa yang tidak kalian ketahui!”.

Setelah menciptakan nabi adam kemudian Allah ﷻ mengajarkan kepadanya nama-nama benda dan makhluk. Kemudian mengemukakan kepada para malaikat seraya mengatakan trangkanlah/ sebutkanlah kepada Ku nama-nama semua ini jika kalian adalah orang-orang yang benar. para mailaikat menjawab “Mahasuci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami, sesungguhnya Engkau-lah Yang Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana”. Lalu Allah ﷻ mengatakan "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini." Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman, "Bukankah sudah Kukatakan kepada kalian, sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kalian lahirkan dan apa yang kalian sembunyikan”. Setelah Allah ﷻ memperingatkan kepada malaikat atas kemahatahuannya maka Allah ﷻ memerintahkan para malaikat untuk sudud kepada Adam alaihissalam kecuali iblis karena ia enggan sujud dan sombong sehingga hal itu menjerumuskannya kedalam lembah kehinaan dan kebinsaaan sampai detik ini dan sampai hari kiamat kelak.

Cerita yang dikisahkan sebelumnya merupakan cerita yang shahih yang termaktub didalam surah Al-baqarah ayat 30 sampai dengan 34:

وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اِنِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً ۗ قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاۤءَۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۗ قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ

وَعَلَّمَ اٰدَمَ الْاَسْمَاۤءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلٰۤىِٕكَةِ فَقَالَ اَنْۢبِـُٔوْنِيْ بِاَسْمَاۤءِ هٰٓؤُلَاۤءِ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ

قَالُوْا سُبْحٰنَكَ لَا عِلْمَ لَنَآ اِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا ۗاِنَّكَ اَنْتَ الْعَلِيْمُ الْحَكِيْمُ

قَالَ يٰٓاٰدَمُ اَنْۢبِئْهُمْ بِاَسْمَاۤىِٕهِمْ ۚ فَلَمَّآ اَنْۢبَاَهُمْ بِاَسْمَاۤىِٕهِمْۙ قَالَ اَلَمْ اَقُلْ لَّكُمْ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ غَيْبَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۙ وَاَعْلَمُ مَا تُبْدُوْنَ وَمَا كُنْتُمْ تَكْتُمُوْنَ

وَاِذْ قُلْنَا لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اسْجُدُوْا لِاٰدَمَ فَسَجَدُوْٓا اِلَّآ اِبْلِيْسَۗ اَبٰى وَاسْتَكْبَرَۖ وَكَانَ مِنَ الْكٰفِرِيْنَ

Apa hikmah yang dapat kita petik dari kisah tersebut.

  1. Cerita yang disampaikan oleh Allah ﷻ ini mematahkan tuduhan sebagian kalangan yang mengatakan bahwa keberadaan manusia dengan bersusah payah diatas permukaan bumi ini karena perbuatan dosa nabi Adam. Bantahan ini dikatakan Allah ﷻ bahwa Ia akan menjadikan khalifah di muka bumi. Bahkan ada sebuah pemikiran dari seorang sabir ali yang bisa melemahkan tauhid ketika menjelaskan ayat ini beliau mengatakan bahwa surga tempat penciptaan nabi adam adalah dipermukaan bumi ini yang digambarkan didaerah sungai nil dan eufrat. Tentunya hal ini salah besar telah shahih sampai kepada kita bahwa surga itu luasnya seluas langit dan bumi. Lantas bagaimana bisa ukuran surga dengan luasnya seluas bumi itu sendiri ditambah dengan luasnya langit berada di antara sungai nil dan efrat.

 

  1. Kebiasaan malaikat yang selalau bertasbih dan memuji Allah ﷻ yang sepatutnya menjadi kebiasaan bagi kita sebagai makhluk ciptaan-Nya. Bahkan 2 kalimat yang selalu diucapkan malaikat ini digambarkan sebagai kalimat yang ringan dalam ucapan dan berat dalam timbangan sebagaimana sabda nabi Muhammad ﷺ

 

 

كَلِمَتَانِ خَفِيفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ ، ثَقِيلَتَانِ فِى الْمِيزَانِ ، حَبِيبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ ، سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ

 

Dua kalimat yang ringan di lisan, namun berat ditimbangan, dan disukai Ar Rahman yaitu “Subhanallah wa bi hamdih, subhanallahil ‘azhim” (Maha Suci Allah dan segala puji bagi-Nya. Maha Suci Allah Yang Maha Agung). (HR. Bukhari no. 6682 dan Muslim no. 2694). Karenanya sudah sepantasnya kita sebagai makhluk dan hamba Allah ﷻ senantiasa membasahi lisan kita dengan zikir yang sangat besar dan berat dalam timbangan di hari akhir kelak.

 

  1. Kedudukan ilmu pengetahuan dan keutamaan orang berilmu dapat mengangkat derajat seorang manusia yang digambarkan melalui perintah Allah ﷻ kepada malaikat agar sujud kepada nabi adam. Diayat lain yaitu di surah al Mujadilah Allah menegaskan bahwa:

 

يَرۡفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ دَرَجَٰتٖۚ

 Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.

 

Kelebihan manusia yang diajarkan oleh Allah ﷻ adalah dapat dengan mudah mengenali nama-nama benda. Bayangkan jika hal tersebut tidak diajarkan oleh Allah ﷻ betapa sulitnya manusia untuk berkomunikasi. Kita bisa dengan mudah mengatakan saat ini kita berada didalam masjid baitul hikmah kampus UMRI. Hanya dengan kalimat yang singkat namun orang lain bisa mengetahui. Kalau tidak kita akan menjelaskan secara panjang lebar tentang nama bangunan ini sehingga menyulitkan untuk berkomunikasi. bahkan perkembangan internet yang kita rasakan saat ini adalah ketika komputer dapat terhubung dengan berkomunikasi dengan perangkat lain mereka harus diberi nama atau alamat yang dikenal dengan IP.

 

  1. Keutamaan orang yang mau mengakui ketidakmampuan dan kekurangan dirinya yaitu rendah hati akan tetapi tidak rendah diri. Hal ini tercermin dari sikap malaikat yang mengatakan “Tidak ada ilmu kami kecuali apa yang telah engkau ajarkan kepada kami”. Keutamaan rendah hati ini banyak dinyatakan oleh Nabi ﷺ dalam sabdanya, diantaranya adalah

مَنْ تَوَاضَعَ لِلهِ رَفَعَهُ اللهُ وَمَنْ تَكَّبَرَ وَضَعَهُ اللهُ

“Siapa yang tawadhu’ karena Allah, maka Allah akan mengangkat (derajat) nya (di dunia dan akhirat), dan siapa yang sombong maka Allah akan merendahkannya”.

 

  1. Dosa pertama sekali yang dilakukan oleh makhluk langsung dihadapan sang khalik adalah sifat kibr (Sombong) yang dimiliki oleh iblis ketika disuruh untuk sujud kepada nabi adam. Sombong dijelaskan oleh nabi ﷺ dalam penggalan hadis Muslim adalah

 

 الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ

Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain

 

 

فَٱعْتَبِرُوا۟ يَٰٓأُو۟لِى ٱلْأَبْصَٰرِ

 

Kita akhiri dengan kafaratul majelis

 


 

 

D'Win