Merokok Kenapa Tidak
Rokok telah menjadi bagian dari kehidupan manusia selama berabad-abad. Produk ini tidak hanya memengaruhi individu, tetapi juga berdampak pada berbagai aspek kehidupan, mulai dari kesehatan, sosial, hingga ekonomi. Di satu sisi, industri rokok memberikan kontribusi signifikan terhadap pendapatan negara, namun di sisi lain, kebiasaan merokok membawa konsekuensi serius terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan. Dalam konteks agama, terutama bagi seorang Muslim, persoalan rokok sering kali menimbulkan dilema antara kebiasaan, budaya, dan nilai-nilai spiritual.
Tulisan ini berupaya memberikan gambaran yang komprehensif tentang rokok dari berbagai sudut pandang. Mulai dari sejarahnya yang panjang, alasan mengapa orang kecanduan, hingga dampaknya dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan agama. Selain itu, tulisan ini juga mengulas keuntungan dan kerugian merokok, memberikan pemahaman yang seimbang agar pembaca dapat mengambil sikap bijaksana terhadap fenomena ini.
Dengan membaca tulisan ini, diharapkan pembaca dapat lebih memahami kompleksitas isu rokok serta dampaknya terhadap individu, masyarakat, dan bangsa.
Sejarah Rokok
Rokok telah ada sejak zaman dahulu, dimulai dari kebiasaan suku asli Amerika yang menggunakan tembakau untuk ritual keagamaan seperti memuja dewa atau roh [1]. Setelah ekspedisi Christopher Columbus ke Amerika pada abad ke-15, tembakau diperkenalkan ke Eropa. Awalnya, rokok diproduksi dalam bentuk sederhana, namun revolusi industri pada abad ke-19 membuat produksi rokok menjadi massal. Perkembangannya semakin pesat ketika promosi rokok mulai dilakukan secara luas, terutama pada awal abad ke-20.
Kenapa Orang Bisa Kecanduan Merokok
Kecanduan rokok terutama disebabkan oleh nikotin, zat kimia yang terdapat dalam tembakau. Nikotin bekerja dengan merangsang pelepasan dopamin di otak, yang memberikan efek rasa nyaman atau senang sementara [2]. Selain itu, kebiasaan merokok juga sering dikaitkan dengan faktor psikologis seperti stres, tekanan sosial, dan kebiasaan yang sulit dihilangkan. Ketergantungan fisik dan psikologis ini membuat banyak orang sulit berhenti merokok meskipun menyadari dampak buruknya.
Rokok dari Aspek Ekonomi Negara
Industri rokok memberikan kontribusi signifikan terhadap ekonomi negara melalui pajak cukai tembakau [3]. Di Indonesia, cukai rokok menjadi salah satu sumber pendapatan negara terbesar, mencapai triliunan rupiah setiap tahunnya. Industri ini juga menyediakan lapangan kerja bagi jutaan orang, mulai dari petani tembakau, pekerja pabrik, hingga distribusi dan penjualan. Namun, biaya kesehatan akibat penyakit terkait rokok sering kali melebihi pendapatan negara dari cukai, menciptakan beban besar bagi sistem kesehatan.
Mensikapi Rokok sebagai Muslim
Dalam perspektif Islam, ulama memiliki pandangan yang beragam tentang rokok. Sebagian menganggapnya makruh karena dapat membahayakan kesehatan, sedangkan sebagian lainnya mengharamkannya berdasarkan prinsip "la darar wa la dirar" (tidak boleh membahayakan diri sendiri dan orang lain). Sebagai seorang Muslim, penting untuk mempertimbangkan aspek kesehatan, dampak terhadap orang di sekitar, dan penggunaan uang secara bijaksana dalam mensikapi rokok.
Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah telah mengeluarkan fatwa pada tahun 2010 bahwasannya merokok hukumnya haram. Tahun 2020 kembali mengeluarkan fatwa tentang keharaman rokok elektrik. Kedua fatwa ini dikeluarkan berdasarkan pertimbangan prinsip-prinsip ajaran Islam antara lain kemaslahatan umum dan keselamatan jiwa. Sebab perokok aktif memiliki kemungkinan lebih besar untuk terkena penyakit serius seperti kanker paru-paru, dan lain-lain. Majelis paham betul bahwa konsekuensi keharaman rokok ini harus menghadapi sebuah korporat yang besar. Tantangan yang dihadapi ini sangat komplek karena hampir 75% anak muda di Indonesia merokok dan hampir seluruh sudut toko menjual barang bernikotin ini. Harus ada ikhtiar bersama-sama seluruh lini untuk melakukan kampanye. Dari Tarjih keluar fatwa keharaman rokok, dari pihak lain bisa dengan narasi yang intinya kampanye menghentikan aktivitas merekok. Kita tidak boleh bosan, meskipun kita berhadapan dengan industri besar.[4]
Keuntungan Merokok
Meskipun secara umum rokok memiliki lebih banyak kerugian, beberapa perokok mengklaim keuntungan subjektif, seperti:
- Efek Relaksasi: Nikotin dapat memberikan efek menenangkan sementara.
- Peningkatan Konsentrasi: Beberapa perokok merasa lebih fokus saat merokok.
- Koneksi Sosial: Merokok sering menjadi media interaksi sosial di beberapa kelompok masyarakat.
Namun, manfaat ini sering kali bersifat sementara dan tidak sebanding dengan risiko kesehatan yang ditimbulkan.
Kerugian Merokok
Merokok memiliki dampak buruk yang jauh lebih besar, antara lain:
- Kesehatan: Menyebabkan berbagai penyakit seperti kanker paru-paru, penyakit jantung, dan gangguan pernapasan.
- Keuangan: Pengeluaran untuk membeli rokok dapat membebani keuangan pribadi.
- Lingkungan: Produksi dan pembuangan sampah rokok mencemari lingkungan.
- Dampak Sosial: Asap rokok membahayakan orang di sekitar, terutama anak-anak dan wanita hamil.
Kesimpulan
Rokok memiliki sejarah panjang dan dampak besar, baik secara sosial maupun ekonomi. Namun, dampak negatifnya, terutama terhadap kesehatan, tidak dapat diabaikan. Sebagai Muslim, penting untuk mengambil keputusan bijak terkait rokok dengan mempertimbangkan nilai-nilai agama, kesehatan, dan kesejahteraan masyarakat. Di sisi lain, pemerintah dan masyarakat perlu bekerja sama untuk mengurangi prevalensi merokok demi menciptakan lingkungan yang lebih sehat.
Sumber Bacaan
[1] https://id.wikipedia.org/wiki/Rokok
[2] https://yankes.kemkes.go.id
[3] https://fiskal.kemenkeu.go.id/ejournal/index.php/kek/article/view/200
[4] https://muhammadiyah.or.id/2021/11/majelis-tarjih-ajak-semua-pihak-untuk-kampanye-anti-rokok/
Artificial Intelligence: Pandangan terhadap Chat-GPT
Artificial General Intelligence (AGI)
Penukaran Uang Jelang Hari Raya: Antara Tradisi, Ekonomi, dan Hukum Islam
Memahami Generasi: Baby Boomers hingga Generasi Alpha
Koding dan Kecerdasan Artifisial: Menjawab Tantangan dan Mengubah Mindset